Kamis, 06 Juni 2013

Tenaga Pengajar Asing, Berbagi Ilmu di Bulukerto



Bulukerto sebagai salah satu desa yang terletak di wilayah kota wisata Batu membuatnya menjadi desa yang tidak hanya sebagai penyumbang sektor wisata, melainkan juga daerah penyuplai bidang perkebunan, peternakan, dan pertanian. Untuk itu tentunya mendapat banyak perhatian, misalnya dari segi pendidikan. Menurut salah satu warga, pendidikan di desa Bulukerto terbilang cukup maju terlebih dengan adanya sebuah program pemerintah yang bekerja sama dengan pemerintah Negara asing untuk mendatangkan tenaga-tenaga pengajar dari Negara tersebut.

“Warga Bulukerto menyambut baik dengan adanya progam ini, ‘’soalnya dengan begitu anak-anak disini bisa belajar bahasa Inggris secara langsung dari para guru asing tersebut, mengingat bahasa Inggris sebagai bahasa internasional penting buat pendidikan anak-anak,’’ ujarnya. Lea, 25 tahun  warga berkebangsaan Amerika yang menjadi salah satu tenaga pengajar di desa Bulukerto mengaku dirinya merasa antusias dapat mengajar siswa-siswi di Bulukerto. Dengan bahasa Inggris dicampur bahasa Indonesia yang terbata-bata Lea menjelaskan bahwa Blukerto adalah desa yang memiliki lahan yang sangat baik. Dan warganya pun mampu mengelola tanah dengan baik sehingga banyak dari penduduk Bulukerto yang menjadi petani. “Saya suka orang-orang Bulukerto, they are totally humble, helpful each other, and know how to doing a good work for life,’’ ujar penyuka travelling  gemar makan bakso ini.

Jika ditanyai perihal bagaimana perasaan Lea selama tinggal di Bulukerto, ia mengaku senang tinggal karena di Bulukerto warga tinggal berdekatan sehingga dapat mengenal satu sama lain. Lea berencana akan pergi ke beberapa tempat lain di Pulau Jawa terlebih untuk melihat pantai. Dia berharap ke depan Bulukerto semakin menjadi desa yang maju dari berbagai sektor, sehingga nantinya semakin banyak wisatawan yang datang dan menikmati indah alam Bulukerto.


Peluang Menjanjikan Bisnis Kelinci



Nama    : Wagiman
Istri        : Luluk Sri Martini
Anak      : Lely Sri Krida Rukmini &  Aan Dwi Prasetyo Pambudi




Sabar dan telaten adalah kata yang pas menggambarkan sosok pria satu ini. Memulai usaha sebagai penjual kelinci dari tempat hiburan satu ke tempat lainnya, ia kini menjadi salah satu pengusaha sukses. Itulah sekilas Wagiman, seorang peternak kelinci asal Desa Bulukerto.

                “Awalnya berprofesi menjadi penjual kelinci keliling. Namun, pada tahun 1992 akhirnya memutuskan berternak kelinci bersama teman-teman kampung,” kata Wagiman. Pada saat itu hanya 10 ekor kelinci yang ia ternak, tapi jumlah itu terus berkembang menjadi 250 ekor dalam 1 tahun. Saat ini Wagiman mempunyai 500 ekor kelinci di peternakannya.



                Karena merasa mendapat dukungan dan antusiasme dari teman-temannya, ia terus menalanjutkan usahanya. “Hanya 2 jenis kelinci yang coba diternak pada saat itu, yaitu Australian dan Rex. Namun sekarang sudah bisa dibilang lengkap,” tambah bapak satu anak ini.

                Jenis-jenis kelinci yang diternak wagiman antara lain: klamis giant, New Zeeland, Australia, angora, dutch, hotot, duof dan sati. Wagiman awalnya hanya menjual kelinci-kelincinya di sekitar kawasan Kota Batu, tapi saat ini ia sudah bisa mengirim kelinci-kelincinya ke luar pulau, seperti Sumatra dan Kalimantan. Ia mengaku dapat meraup keuntungan puluhan juta selama sebulan. 

Namun, tingginya permintaan membuat Wagiman kualahan, ia berharap pemerintah mau mendukung usahanya ini agar lebih maju lagi. “Harapannya bisa seperti di Cina yang sudah menjadi industri. Untuk itu perlu dukungan pemerintah dari segi finansial,” ujar pria yang akrab disapa pak Wa ini. Dari usahanya ini ia berhasil mendapatkan setidaknya 9 piala dari berbagai kontes yang telah diikuti.

Eksis Meski Menuai Penilaian Negatif



Seni adalah salah satu hal yang tidak terlepas dari kehidupan manusia, terlebih di wilayah yang masih sangat menjunjung tinggi nilai leluhur seperti di Propinsi Jawa Timur. Salah satu propinsi di Indonesia ini memiliki beragam kesenian yang masih terus dilestarikan, di antaranya adalah seni tari. 


Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, adalah sebuah desa yang terletak sekitar 15 menit dari pusat Kota wisata Batu, Jawa Timur. Beberapa kesenian yang ada di desa Bulukerto tidak semua murni berasal dari desa tersebut akan tetapi para pelaku seni nya selalu menghormati bahkan berusaha untuk terus melestarikan kesenian tersebut. Salah satunya adalah kesenian Tayuban atau Tari Tayub.

Tari Tayub adalah kesenian warisan nenek moyang yang berasal dari Jawa Tengah akan tetapi telah menyebar ke seluruh wilayah Pulau Jawa, hal ini karena dalam tarian Tayuban melibatkan banyak orang dan juga tarian ini dulunya sering dihelat oleh pejabat kerajaan di masa lampau. 

Tayub berasal dari kata tata dan guyub (jawa: kiratha basa), yang artinya bersenang-senang mengibing bersama penari wanita. Tayub adalah tari pergaulan tetapi dalan perwujudannya bisa bersifat romantis dan bisa pula erotis. Biasa ditarikan oleh penari wanita yang disebut dengan tledhek dan selalu melibatkan penonton pria untuk menari bersama (pengibing). 

Dalam setiap pertunjukan selalu didominasi oleh penonton pria, sebab pria disini sebagai obyek bagi para tledhek untuk dapat menari bersama mereka dan diharapkan memberi sedikit imbalan berupa uang atau saweran. Tayub biasanya dilaksanakan untuk merayakan acara-acara besar, pesta pernikahan dan berbagai macam hajatan lainnya.
      

“Di desa Bulukerto ini hampir 80% warganya bisa menari Tayuban, pernah ada satu festival Tayuban se-Malang Raya dan antusias warganya tinggi,’’ Ujar Rulyati, 43 tahun warga asal Bulukerto yang juga salah satu penari aktif Tayuban. Menurut Ibu dua anak ini, tari Tayub adalah tarian yang dapat mempererat hubungan sosial antar warga. Meski demikian, ia tak menampik bahwa selalu ada pendapat miring mengenai Tayuban. 

  
“Anggapan tayub sebagai tarian mesum memang masih sering terdengar ya, akan tetapi itu merupakan penilaian yang keliru. Sebab, tidak seluruh tayub identik dengan hal-hal yang negatif. Dalam tayub, ada kandungan nilai-nilai positif yang adiluhung. Selain itu, tayub juga menjadi simbol yang kaya makna tentang pemahaman kehidupan dan punya bobot filosofis tentang jati diri manusia” Ujarnya menjelaskan.

            Selama menjadi penari tayub sejak delapan tahun silam, Rulyati mengaku banyak sekali mendapat pengalaman, menurut wanita penyuka warna coklat ini dirinya memperoleh banyak teman serta dapat berkeliling ke banyak tempat. “Saya suka punya banyak teman, selama menjadi penari tayub teman saya makin banyak dan saya jadi keliling ke banyak tempat seperti jika ada tanggepan di luar Bulukerto. Ya meskipun memang terkadang tayub masih dinilai negative, tetapi saya yakin lama-lama orang akan lebih berpikiran terbuka dan tidak 
melihat secara negatif. 
”Pungkasnya.                 

                         

Tak Pernah Menyerah Demi Cita-cita




Nama                            : Sukarni

Tempat tanggal lahir : Batu 29 Desember 1967

Suami                           : Ruba’i

Anak                             : Ahmad Yani Dandi Vinato  



Berawal dari pekerjaannya mengurusi segala hal tentang kelinci di sebuah koperasi, ia akhirnya memutuskan untuk lebih mengembangkan potensi dari kelinci. Sukarni adalah salah satu wanita asli Desa Bulukerto yang kreatif memanfaatkan sumber daya yang ada. Sukarni mampu menyulap kelinci menjadi  makanan yang berkhasiat bagi kesehatan dan menjadi peluang bisnis menjanjikan. Abon kelinci yang dinamai “Kirana” adalah pilihan usahanya.

“Awalnya dari melihat proses penyembelihan kelinci di ulang tahun, akhirnya coba-coba menjadikan kelinci menjadi bahan makanan yang unik dan digemari. Salah satunya abon kelinci,” cerita wanita berusia 46 tahun ini. Usaha yang ia rintis dengan berbekal coba-coba mulai memperlihatkan hasil setalah dipamerkan di salah satu pameran di Kota Batu.

“Ada seorang pengunjung pria yang belum dikaruniai anak, kemudian mencoba abon kelinci saya, Alhamdulillah tak sampai 2 tahun istrinya berhasil hamil,” tambah ibu dari Ahmad Yani Dandi Vianto ini. Setalah itu, abon Kirana semakin laris dipesan orang dari berbagai daerah di Indonesia. Selain berkhasiat menyuburkan wanita, Abon kelinci Kirana juga bisa menyembuhkan penyakit asma dan bisa dikonsumsi sampai 2 tahun.

Tak tanggung-tanggung, Sukarni mampu meraup 5 juta dalam sebulan dari penjualan abon yang ia rintis sejak 2002. Tak hanya omzetnya yang terus naik, namanya pun semakin terkenal karena sering diliput oleh media lokal dan nasional. Selain itu undangan-undangan pelatihan dari Kementrian Pertanian (KEMENTAN) juga selalu mampir kepadanya. 

Abon bukanlah satu-satunya pengembangan dari kelinci, nugget dan rambak dari kulit kelinci juga menjadi bisni menjanjikan. “selain abon, di sini juga produksi nugget dan rambak dari kelinci. Tapi yang paling terkenal adalah abonnya,” kata wanita yang menjabat sebagai Ketua Kelompok Kerja (POKJA) 4. Namun ada banyak kendala yang harus ia hadapi, salah satunya keterbatasan kelinci. 

Di akhir wawancara ia memberi sedikit tips untuk mengembangkan usaha. “untuk bisa sukses, yang pertama harus mempunyai angan-angan untuk sukses, ulet dan tak pernah menyerah walau usahanya gagal,” pungkasnya.