Seni
adalah salah satu hal yang tidak terlepas dari kehidupan manusia, terlebih di
wilayah yang masih sangat menjunjung tinggi nilai leluhur seperti di Propinsi
Jawa Timur. Salah satu propinsi di Indonesia ini memiliki beragam kesenian yang
masih terus dilestarikan, di antaranya adalah seni tari.
Desa
Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, adalah sebuah desa yang terletak sekitar 15 menit
dari pusat Kota wisata Batu, Jawa Timur. Beberapa kesenian yang ada di desa
Bulukerto tidak semua murni berasal dari desa tersebut akan tetapi para pelaku
seni nya selalu menghormati bahkan berusaha untuk terus melestarikan kesenian
tersebut. Salah satunya adalah kesenian Tayuban atau Tari Tayub.
Tari
Tayub adalah kesenian warisan nenek moyang yang berasal dari Jawa Tengah akan
tetapi telah menyebar ke seluruh wilayah Pulau Jawa, hal ini karena dalam
tarian Tayuban melibatkan banyak orang dan juga tarian ini dulunya sering
dihelat oleh pejabat kerajaan di masa lampau.
Tayub
berasal dari kata tata dan guyub (jawa: kiratha basa), yang
artinya bersenang-senang mengibing bersama penari wanita. Tayub adalah
tari pergaulan tetapi dalan perwujudannya bisa bersifat romantis dan bisa pula
erotis. Biasa ditarikan oleh penari wanita yang disebut dengan tledhek dan
selalu melibatkan penonton pria untuk menari bersama (pengibing).
Dalam
setiap pertunjukan selalu didominasi oleh penonton pria, sebab pria disini
sebagai obyek bagi para tledhek untuk dapat menari bersama mereka dan
diharapkan memberi sedikit imbalan berupa uang atau saweran. Tayub biasanya dilaksanakan
untuk merayakan acara-acara besar, pesta pernikahan dan berbagai macam hajatan
lainnya.
“Di desa Bulukerto ini hampir 80% warganya bisa menari
Tayuban, pernah ada satu festival Tayuban se-Malang Raya dan antusias warganya
tinggi,’’ Ujar Rulyati, 43 tahun warga asal Bulukerto yang juga salah satu
penari aktif Tayuban. Menurut Ibu dua anak ini, tari Tayub adalah tarian yang
dapat mempererat hubungan sosial antar warga. Meski demikian, ia tak menampik
bahwa selalu ada pendapat miring mengenai Tayuban.
“Anggapan tayub sebagai tarian mesum memang masih sering
terdengar ya, akan tetapi itu merupakan penilaian yang keliru. Sebab, tidak
seluruh tayub identik dengan hal-hal yang negatif. Dalam tayub, ada kandungan
nilai-nilai positif yang adiluhung. Selain itu, tayub juga menjadi simbol yang
kaya makna tentang pemahaman kehidupan dan punya bobot filosofis tentang jati
diri manusia” Ujarnya menjelaskan.
Selama menjadi penari tayub sejak delapan tahun silam, Rulyati mengaku banyak
sekali mendapat pengalaman, menurut wanita penyuka warna coklat ini dirinya
memperoleh banyak teman serta dapat berkeliling ke banyak tempat. “Saya suka
punya banyak teman, selama menjadi penari tayub teman saya makin banyak dan
saya jadi keliling ke banyak tempat seperti jika ada tanggepan di luar
Bulukerto. Ya meskipun memang terkadang tayub masih dinilai negative, tetapi
saya yakin lama-lama orang akan lebih berpikiran terbuka dan tidak
melihat secara negatif.
”Pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar